1 Comment

Paper Sejarah "Situs Semedo, Kedung Banteng Tegal. Penemuan Terbaru Dunia Purba Indonesia Yang Mendunia Sebagai Sarana Proses Pembelajaran dan Tempat Rekreasi Budaya"

Situs Semedo, Kedung Banteng Tegal. Penemuan Terbaru Dunia Purba Indonesia Yang Mendunia Sebagai Sarana Proses Pembelajaran dan Tempat Rekreasi Budaya

Niki Aryanti (2601414026)
                                                                Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Pendahuluan
Tegal merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang mempunyai beberapa peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan untuk sumber belajar. Khususnya di Kabupaten Tegal ada beberapa tempat yang bisa dijadikan sumber pembelajaran sejarah. Tempat tersebut yaitu seperti Makam Raja Mataram KS Hamangkurat Agung Tegal Arum (1646-1677), Pabrik Gula Pangkah yang dibangun sejak masa penjajahan Belanda, dan sebuah situs sejarah yaitu Situs purbakala Semedo yang berada di desa Semedo Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Di bukit xdesa Semedo ditemukan beberapa fosil purbakala seperti gading gajah dan fosil kerang laut. Penemuan tersebut kemudian dikumpulkan dan disimpan agar dapat dimanfaatkan masyarakat kabupaten Tegal dan sekitarnya (Suara Pantura, 2015:21). Situs sejarah selain sebagai tempat rekreasi tetapi juga dapat digunakan sebagai sumber belajar. Dari situs-situs sejarah tersebut dapat dilihat bahwa didalamnya terkandung unsur pendidikan, ilmu pegetahuan, kesenian, dan juga sebagai warisan budaya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Saat ini beberapa sekolah telah memanfaatkan situs semedo sebagai sumber belajar sejarah di sekolahnya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti diperoleh data didasarkan pada wawancara awal dengan penjaga situs dan melihat dari daftar pengunjung bahwa beberapa sekolah yang telah memanfaatkan situs Semedo tersebut.

Situs Purbakala Semedo
Situs purbakala Semedo merupakan sebuah situs yang ditemukan di desa Semedo sekaligus perbukitan bergelombang tepatnya di Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Tegal. Penemuan yang ada di Situ Semedo adalah artefak, fosil hewan purba, dan pada tahun 2011 diperbukitan Semedo ditemukan fosil manusia berjenis homo erectus. Artefak yang ditemukan di Situs Semedo antara lain Kapak Penetak (Chopping tools), Kapak Perimbas (Chopper), Pahat Genggam (hand-adze), Batu Inti (Core), serpih (Flake), Alat Serut (Scrapper) (Notosusanto & Marwati, 1993:86-87). Fosil hewan purba yang ditemukan fosil fauna darat dan fauna perairan. Fosil fauna darat yang ditemukan adalah Stegodon Trigonocephallus, Mastodon Sp., Elephas Sp., Bovidae Sp. (Sapi, Kerbau, Banteng), Rhinoceros Sp. (Badak), Sus Sp. (Babi), Cervidae (Sejenis Rusa), Hippopotamus Sp. (Kuda Air), Hyena (Sejenis Macan), Gigantopithecus blacki (Kera besar atau kera raksasa). Fosil fauna perairan yang ditemukan adalah dari fragmen gigi dan gigi geligi, diantaranya ada Crocodyllussp. (Buaya), Tryonix (Kura-kura Purba) dan Testudo ditemukan tempurungnya, Megalodon dan carcharodon (Hiu Purba Raksasa). Sedangkan hewan purba laut jenis kerang seperti Moluska (Kerang-kerangan), Gastropoda (Keong), dan Pelecypoda (Kerang setangkup) (Notosusanto & Marwati, 1993:58-59). Bukit Semedo yang tingginya mencapai 140 meter di atas permukaan laut tersebut menyimpan misteri kehidupan manusia purba hampir seperti di Sangiran yang terkenal sebagai cagar budaya manusia.Fosil hewan purba yang ditemukan di Semedo ditemukan secara
terpencar di seluruh permukaan situs.Penyebaran Situs purbakala Semedo dari sebelah barat Kali Rambut sampai di desa Cacaban yaitu di Kali Susu, dan di desa Karang Malang. Hutan Karang Malang yang merupakan satu radius dengan Situs Semedo juga ditemukan fosil purbakala. Menurut Kasi Sejarah dan Kepurbakalaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), dengan ditemukannya fosil purbakala di desa Karang Malang yang notabene berdekatan dengan Desa atau Situs Semedo maka diperkirakan area persebaran fosil akan semakin luas. Fosil yang pertama kali ditemukan di Karang Malang pada pertengahan Januari lalu merupakan tulang pangkal gajah purba (Suara Pantura, 2015:22).
Pengertian klasik situs adalah lokasi ditemukannya peninggalan purbakala sebagai bukti adanya aktivitas manusia masa lampau yang dilindungi dari kerusakan atau perusakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), situs dapat diartiakan sebagai daerah temuan bendabenda purbakala (KBBI, 2008:1497). Dalam UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pengertian situs dijelaskan sebagai berikut “Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu”. Situs purbakala dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan para siswa mengenai kehidupan di masa lampau. Situs purbakala termasuk situs Semedo juga merupakan daerah pariwisata karena memiliki daya tarik wisata bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya seperti fosil-fosil sebagai jejak peninggalan purbakala yang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan melalui proses penetapan.


Pemanfaatan Situs Semedo, Kedung Banteng, Tegal dalam proses pembelajaran pada siswa khususnya daerah Jawa Tengah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), situs dapat diartikan sebagai daerah temuan benda-benda purbakala (KBBI, 2008:1497). Dalam UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pengertian situs dijelaskan sebagai berikut “Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan, pemanfaatan dapat diartikan sebagai proses, cara, perbuatan yang memanfaatkan (KBBI, 2005:626). Sehingga manfaat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memanfaatkan situs sejarah yang terdapat di Kabupaten Tegal yang digunakan sebagai sumber belajar para siswa. Belajar dengan memanfaatkan sebuah situs sejarah pasti akan lebih menarik perhatian siswa karena dengan mengunjungi atau melihat situs tersebut siswa dapat melihat dengan sendiri bagaimana hasil dari peninggalan pada jaman purbakala tidak hanya melihat dari buku saja, walaupun buku panduan sekarang dibuat lebih menarik akan tetapi dengan mendatangi situs secara langsung dapat menarik perhatian siswa dan keingintahuan siswa mengenai jaman purbakala. Selain itu dengan mengadakan pembelajaran di luar kelas dimaksudkan juga agar siswa tidak merasa bosan dan mendapatkan pengalaman dari pembelajaran yang dilakukan diluar kelas. Potensi yang tersimpan di desa Semedo khususnya di situs Semedo ini dapat dimanfaatkan dalam mendukung pembelajaran melalui pengamatan serta penelitian patut dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah terutama sekolah dilingkungan daerah Tegal, sekolah-sekolah diJawa Tengah.

Selain sebagai sumber belajar, dalam dunia pendidikan situs purbakala juga dapat dimanfaatkan antara lain:
a.      Situs Purbakala sebagai Pusat Studi
Situs purbakala dikatakan sebagai pusat studi khususnya dalam bidang studi sejarah. Bidang studi sejarah dapat dikaji melalui benda-benda peninggalan sejarah masa lampau. Adanya situs purbakala tersebut membuktikan bahwa ada kehidupan sebelum kita. Benda-benda peninggalan sejarah yang ada didalam situs tersebut merupakan bukti sehingga menambah pemahaman siswa mengenai bentuk nyata sebuah peninggalan bersejarah. Dengan mempelajari benda-benda peninggalan masa lampau dapat digunkan sebagai acuan dalam pembelajaran sejarah atau dapat digunakan dalam metode pembelajaran sejarah.

b.      Situs Purbakala sebagai Tempat Rekreasi Budaya
Selain sebagai pusat studi, situs purbakala juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi budaya. Kegiatan belajar yang dilaksanakan setiap harinya di dalam kelas dapat membuat siswa merasa jenuh, dengan membawa mereka ke tempat situs purbakala akan membuat siswa lebih mudah menerima informasi karena melihat secara langsung bagaimana bentuk dari peninggalan sejarah tersebut.  Dengan membawa siswa ke situs-situs bersejarah diharapkan akan membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar. Selain itu siswa juga mendapatkan suasana lain dalam proses pembelajaran karena belajar secara bebas dan tidak terlalu formal seperti belajar di dalam kelas. Sebuah situs juga termasuk dalam ilmu purbakala (archaeology), yang merupakan bidang pengetahuan manusia yang menelaah hal ihwal manusia purba melalui sisa-sisa keberadaannya yang dapat ditemukan dewasa ini.
Daftar Pustaka
Buku Ajar.2008. Prasejarah Indonesia. Semarang: FIS UNNES.

Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Soekmono, R. 1981. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Jakarta: KANISIUS.

Suara Pantura. 2015. Ratusan Wisatawan Kunjungi Situs Semedo Kedungbanteng.
21 Februari. hlm. 21.

Suara Pantura. 2015. Semedo Akan Jadi Magnet Dunia. 2 Mei. hlm. 22.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

(http://infotegal.com/2014/04/sejarah-desa-semedo-kecamatan-kedungbanteng/,
diunduh tanggal 19 Januari 2015 pukul 22.00 WIB).

(http://web.tegal.co.id/, diunduh tanggal 19 Januari 2015 pukul 22.00 WIB)


No Comment

Kisah Inspiratif

Sayuti Anggoro, Seniman lan Praktisi Panatacara
Dadi Dosen Unnes Snajan Ora Nyandhang Gelar S2.


Pasca Wawncara Narasumber ( Bapa Sayuti Anggoro, BA)

Dadi seniman lan praktisi kuwi mbutuhake proses kang ora gampang, musthi ana wae alangane,  wektu kang ora kaetung suwene kanggo terus ngasah keprigelan bab kuwi, tur aja gampang puas marang kasil. Nanging, kabeh bab kuwi kudu dilakoni kanthi rasa tresna, sebab yen bab apa wae diwiwiti saka rasa tresna musthi bakal tenanan nglakoni sekabehane. Kuwi gaya basane Bapa Sayuti Anggoro, BA kang lair ing Pacitan, 21 Februari 1956, wektu di wawancara dina Minggu, 19 Juni 2016 ing daleme ana ing Dhusun Ngijo, Gunungpati, Semarang.

Panjenengane kang akrab di sapa Bapa Sayuti kuwi nduweni Kaprigelan pirang-pirang, salah sijine dadi praktisi panatacara kondhang, dalang wayang kulit, nduweni paguyuban WO (Wedding Organization) Anggoro Laras, paguyuban pakar jawi kang saben dina Rebo wengi ana gladhen panatacara ing daleme bapa Sayuti, lan liya-liyane. Donya bab seni lan budaya jawa kuwi ora bisa ucul saka kauripane bapa Sayuti saben dinane, amarga seni lan budaya jawa kuwi kayata wis dadi garwa nomer loro sakwise ibu Sri Indarti. Panjenengane kuwi uga janji bakal terus nguri-uri bab seni lan budaya jawa, merga ing jaman saiki mung sithik kang remen lan nduweni semangat gedhe kanggo nguri-uri marang seni lan budaya Jawa.

Bapa Sayuti Anggoro kuwi saliyane dadi seniman lan praktisi panatacara, panjenengane uga dadi dosen luar biyasa ing Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Negeri Semarang. Sapa ta mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa kang ora kenal karo Dosen Kang jenenge Bapa Sayuti Anggoro, BA. Snajan bapa Sayuti kuwi namung lulusan D3 jurusan Bahasa Inggris ing UNTAG (1982 – 1985), nanging gelar D3 kuwi ora ngalangi bapa Sayuti dadi Dosen luar biyasa ing Unnes. Apa ta sebabe ? sebabe ya seni lan budaya jawa kuwi, kang wis nganterake bapa Sayuti dadi dosen luar biyasa. Bapa sayuti dipercaya dening Unnes dadi dosen luar biyasa wiwit taun 2009 – saiki. Kepercayaan kuwi di wenehi saking Unnes marang bapa Sayuti ora gampang. Ana proses kang kudu diadepi kanthi sabar. Ananging merga ing masarakat sekitar Unnes lan masarakat Jawa Tengah uga yakinake lan wis mbuktikake yen bapa Sayuti kuwi pancen wis mlebu kriteria tur cocok kanggo dadi dosen luar biyasa ing Unnes, mligine ing Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa.

Snajan saiki wis dadi dosen ing Unnes, nanging ora ndadekake lunture tujuane kanggo nguri-uri seni lan budaya jawa. Bapa sayuti saiki malah sansaya sregep gladhen bab seni pedhalangan, asring dadi pambiwara ing RRI Semarang bab seni lan budaya jawa, asring dadi panatacara ing adicara mantenane masarakat, nanging tetep ora ninggalake kuwajibane dadi dosen lan mulang marang para mahasiswane. Bapa Sayuti kang nduweni motto urip “berguna marang sesama” kuwi uga ngungkapake yen urip kuwi salah sijine kudu nyenengi marang apa kang wis di duweni saiki, tur yen esih nduweni wektu, nduweni kesempatan kanggo nglakoni kebecikan apa wae, kudu lakoni sing ikhlas tur tenanan. Imbuhe. 
No Comment

Tuladha Pengendhaliwara Reroncen Adicara Nggunakake Basa Jawa




Assalamu’alaikum wr. wb
Sugeng Siyang
Nuwun…kawula nuwun…
Mahardikengtyas ring kamardikan nugraha miwah sih wilasanipun Gusti Ingkang Maha Agung, mugi anggung sumandha wonten ing jiwangga kita sawegung waradin sagung dumadi, raharja, niskala satuhu.
Nuwun, panjenenganipun Bapa Drs. Widodo, M.Pd. minangka Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa ingkang dhahat kinurmatan.
Bapak saha Ibu Dosen ingkang winantu ing kamulyan, lan boten kesupen ugi sedaya mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa ingkang sanget kula tresnani.
Minangka purwakaning atur Keparenga kula Niki Aryanti, cumanthaka wonten ing ngarsanipun panjenengan sedaya, inggih awit ngayahi jejibahan minangka pangendhaliwara “Dialog Interaktif Kaliyan Jurusan Warsa 2016” ing dinten menika.

Para rawuh ingkang dhahat kinurmatan, keparenga kula badhe hambabar reroncen adicara “Dialog Interaktif kaliyan Jurusan Warsa 2016” ing dinten menika :
1.           Sepisan, Pambuka
2.           Kaping kalih, atur pangandikan saking Bapa Drs. Widodo, M.Pd.
3.           Kaping tiga, Dialog Interaktif
4.           Kaping sekawan, Kesimpulan
5.           Ingkang pungkasan nuninggih, Panutup

Bapak Ibu Dosen saha para kadang sedaya ingkang winantu ing pakurmatan. Mekaten rantaman adicara “Dialog Interaktif kaliyan Jurusan Warsa 2016”  ing dinten menika.
Inggih, nanggap sasmita bilih adicara dinten menika badhe kawiwitan, saderengipun, wonten atur pangandikan  saking panjenenganipun Bapa Drs. Widodo, M.Pd. minangka ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, sekaliyan dipunsuwun mbika adicara “Dialog Interaktif Kaliyan Jurusan Warsa 2016” menika kanthi cara simbolis. Dhumateng panjenenganipun kasumanggaaken.

#Matur sembah nuwun dhumateng panjenenganipun Bapa Drs. Widodo, M.Pd.  minangka ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa ingkang sampun paring pangadikan kaliyan mbika adicara ing dinten menika kanthi cara simbolis.
Menggah titilaksana adicara salajengipun adicara inti nun inggih : “Dialog Interaktif kaliyan Jurusan Warsa 2016”. Adicara  menika badhe dipunpandhegani dening moderator kangmas Bagus Nugroho. Sumangga, nuwun.

       Panutup
Matur nuwun, adicara  “Dialog Interaktif kaliyan Jurusan Warsa 2016”  sampun paripurna. Bilih wonten klenta-klentunipun Kula nyuwun agunging samudra pangaksami lan ugi ngaturaken panuwun dhumateng sedaya bapak Ibu Dosen saha para kadang ingkang sampun kersa  rawuh ing dinten menika.  nuwun, nuwun, Maturnuwun,

Wassalamualaikum Wr.wb, 








 dening: niki aryanti, Maret 2016
No Comment

Dluwang cahyaning kahuripan (Nyinau Geguritan)



Pangapuraning Gusti

Nalika lingsir wengi tumeka
Nggandheng rasa ing antarane raga kang tanpa daya
Dak pepuji
Sumendhe ing ngarsaning Gusti
Welas asih
Ngrenepa panalangsa
Duh Gusti
Kawula sembah sungkem
Kawula kebak dosa
Kawula nyuwun lunturing pangaksama

Semarang,19-10-2015



Sayah

Gusthi aku sayah
Tansah dadi pitakonan
Kanggo kaping-kaping mangsa
Aku Tenanan sayah
Ngawangaken kekarepan
Ugi pangimpenku
Kanggo apa tansah mathok ing panggonan iki
Snajan namung awng-awang
Tenanan, aku tenan sayah


Embung, 23-10-2015


Kabotan Bathin

Ing pojoking gedhung iki
Aku nyawang ing kahanan nalika wayah semana
Kothong ora kawujud apa-apa
Sepen, anyeb rasane
Bisaku amung ndlongop
Bisaku mung neteske eluh
Tur namung nggresula jroning bathin
Dhuh Gusti,
Kapan kahanan iki dadya pungkasan
Aku wis sayah
Aboting pangrasan iki ndadeake kabotan bathinku


Banaran, 21-10-15


No Comment

Tuladha MC Nggunakake Basa Jawa



Assalamu’alaikum wr. wb

Nuwun…kawula nuwun…
Mahardikeng tyas ring kamardikan,. Nugraha gung wilasaning gusti kang maha agung, mugi anggung sumandha, saha tansah kesdu hambabar ing kautaman, kabegjan, saha kabagas warasan, tumanduk wontening jiwangga kita sawegung waradin sagung dumadi, raharja niskala…satuhu..
Nuwun, panjenenganipun Bapa Yusro Edy Nugroho ingkang minangka Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa ingkang dhahat kinurmatan.
Bapak saha Ibu Dosen ingkang winantu ing kamulyan,
Saha kanca-kanca ingkang sanget kula tresnani.
Keparenga kula pun ……………….. dalah kadang kula…………………., cumanthaka wonten ing ngarsanipun panjenengan sedaya, inggih awit ngayahi jejibahan minangka pangendhaliwara “Dialog Interaktif Bersama Jurusan” ing dinten menika.
Para rawuh ingkang dhahat kinurmatan keparenga kula badhe hambabar reroncen acara “Dialog Interaktif bersama Jurusan” ing dinten menika :
1.           Pambuka
2.           Dialog Interaktif
3.           Kesimpulan
4.           Panutup
Bapak Ibu Dosen saha para kadang sedaya ingkang winantu ing pakurmatan. Mekaten rantaman adicara “Dialog Interaktif bersama Jurusan”  ing dinten menika.
Wasana sakderengipun acara “Dialog Interaktif bersama Jurusan” dinten menika kawiwiwtan, mangga sareng-sareng dedonga miturut kapitayan sowang-sowang mugi-mugi adicara menika saged kalampanhan Kanthi lancar gancar nir ing sambekala. Dedunga kawiwitan – dedonga paripurna. Nuwun
Bapak saha Ibu Dosen saha para kadang ingkang kinabekten, menggah titilaksana adicara salajengipun acara inti nun inggih : “Dialog Interaktif bersama Jurusan”. Adicara  salajengipun badhe dipunpandhegani dening moderator Dwi Prasetyo Sumangga, nuwun.
# Matur nuwun kangge sedaya, acara  “Dialog Interaktif bersama Jurusan”  sampun paripurna. Bilih wonten klenta-klentunipun Kula nyuwun agunging samudra pangaksami lan ugi ngaturaken panuwun dhumateng sedaya bapak Ibu Dosen saha para kadang ingkang sampun kersa  rawuh ing dinten menika.  nuwun.
Maturnuwun.


Wassalamualaikum Wr.wb,  
No Comment

Cahyaning Geguritan Kangge Ibu






Anakmu tan bisa males
Lelabuhanmu kang tanpa winates
Sabarmu kang agung kuwi
Nyangga polah kurdaning para putramu
Panas udan ora dadya perkara
Tur ora wedi ing pepalang
Tansah asung tetuwuhan
Ijo royo-royo tur sumambrah

                                                        Gawananmu abot banget
                                                        Nanging ora ngresula
                                                        Mung kekarepanmu ijen
                                                        Pengen putramu tansah mulya
                                                        Pandongaku, 
                                                        Mugya panjenengan tansah rahayu
                                                        Njaga jembaring jagad iki kang ayu



Panjenengan menika minangka sang surya
Ingkang dados sumebaring gesang jagad iki
Ingkang nambah kekiyatan
Nggesangaken saliring kang tumitah
Panjenengan minangka sang candra
Ingkang sampun maringaken pepadhang
Pepadhang kawimbuh

Swasana asrep ing wanci dalu
Panjenengan ugi minangka sudama
Amargi sanadyan ing wanci dalu peteng
Sudama menika saged asung pepadhang
Saged paring daya pepadhang marang kahuripanku




Dalemipun ibu kula Ita handayani wonten tlatah Kabupaten Tegal
2015

No Comment

Tuladha Sesorah Basa Jawa

Tuladha (1)
Mangertos Dhateng Tata Krama lan Unggah-ungguh

Assalamualaikum wr.wb
Katentreman, kawilujengan, kabagjan peparing Gusti ingkang Asih Allah SWT, mugi tansah kajiwa kasasira wonten jiwa raga kula lan panjenengan.
Dhumateng para sepuh pinisepuh, para pepundhen ingkang kula bekteni.
Para rawuh kakung putri ingkang pantes kinurmatan.
Kadang-kadang sarta kanca-kanca ingkang kula tresnani.
Kanthi ngonjukaken raos syukur dhateng Gusti Allah Ta’ala, saha nyuwun pangaksama, keparengna kula ngadeg wonten ngarsa panjenengan, awit kula kadhawuhan ngaturaken babagan ‘Trap-trapaning Tata Krama utawi Cak-cakaning Tata Krama’, unggah-ungguhing Basa Jawi.
Para pamirsa minulya, tata krama, tata susila, subasita utawi unggah-ungguh menika nyakup kantamen gesanging manungsa ingkang maujud ing tata lair menapa dene tata batin.
Kalebet utamaning sedya saha panggagas, tindak tanduk, solah bawa, dalasan muna-muni.
Pasrawungan ing kulawarga, sekolahan, masyarakat, minggahipun ing bebrayan negari, ugi ngangge tata krama.
Sedaya papan panggenan gadhah adat-istiadat piyambak, ingkang benten setunggal lan setunggalipun mila kula lan panjenengan kedah ngajeni utawi ngaosi tata cara ingkan benten kalawau.
Para rawuh ingkang pantes kinurmatan.
Nedha, ngunjuk, lenggah lumampah, sare lan sapanunggalipun sedaya ngemu trap-trapaning tata krama.
Tuladaha-tuladha trap-trapaning tata krama:
a.     Nedha
·     Sampun ngantos kecap-kecap
·     Boten ngantos gas-gasan
·     Sampun ngantos nyisa utawi tirah
·     Ing pasamuan, karahapi menawi sampun dipun aturaken utawi sampun dipun acara

b.     Pangandikan
·     Boten usah sora-sora
·     Sampun klesik-klesik, menawi ingkang jejagongan langkung tiyang kalih. (saged dipun contoni)
·     Boten damel seriking tiyang sanes
·     Ingkang prasaja kemawon, boten umuk utawi gumedhe
·     Menawi wiwit ngendika, mawi uluk salam sarta tetembungan ‘nuwun sewu’; ‘kepareng matur’; ‘nyuwun pangapunten’; ‘ matur nuwun’ lan sapanunggalanipun minangka kuncining sesrawungan ingkang ngetrep tata krama.
c.      Solah bawa
·     Menawi angop dipun tutupi utawi nggeget lathi.
·     Menawi gatel sampun dipun kukur kelawaran cekap dipun penet, kajiwit utawi kaisik-isik kemawon.
·     Prasaja kemawon boten dipun damel-damel
Menika sakperangan alit ingkang saged kula aturaken, awit taksih kathah trap-trapaning tata krama wonten ing bebrayan agung.
Para rawuhmekaten menggah ingkang saged kula aturaken, kiranging trapsila saha atur ingkang tumpangsuh kula nyuwun agunging samodra pangaksama. Nuwun.
wassalamualaikum wr.wb.





Tuladha (2)
                                        Memetri Basa Jawi Salebeting Bebrayan

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Nuwun
Dhumateng Bapak Ibu dewan juri ingkang winantu ing pakurmatan,
Dhumateng para dwija ingkang kinabekten,
Dhumateng para lenggah ingkang satuhu kinurmatan,
Saha para kadang aben trampil sesorah basa Jawi ingkang winantu ing suka basuki.
Saderengipun kula matur, sumangga tansah ngaturaken raos puji syukur wonten ngarsa dalem Gusti Ingkang Maha Kuwaos, awit saking rahmat lan hidayahipun, kita sedaya taksih pinaringan wekdal inghkang mirunggan ngempal manunggal wonten papan punika kanthi kasarasan lan kawilujengan. Sholawat salam ugi konjuk dhumateng junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, ingkang kita tengga-tengga syafa’atipun mangke ing yaumul akhir. Kanthi andhap asor kula nepangaken ................ keparenga kula ngadeg wonten ngarsa panjenengan, awit kula kadhawuhan matur babagan ‘Sesorah Memetri basa Jawi salebeting bebrayan’
Basa Jawi saged ngrembaka lan kondhang kawentar wonten ing jagad raya. Babagan menika wigatos sanget dipunpenggalih mliginipun dening warga ingkang rumaos handarbeni dhumateng basa jawi, supados kawontenan tiang jawi lan ugi kabudayanipun langkung dipuakeni dening kelompok-kelompok warga ndonya sanesipun.
Para rawuh ingkang kinurmatan, miturut Bapa Suwartono ngandharaken bilih wonten 5 prekawis kangge memetri basa jawi. Babaripun inggih menika:
Sepisan
Nuwuhaken raos remen kawula mudha tumrapipun budaya leluhur piyambak. Basa menika makili kabudayan ingkang kedah dipunuri-uri dening bebrayan utawi kelompok masyarakat piyambak. Mliginipun para kawula mudha ingkang samangke anggadhahi jejibahan menika. Kejawi saking menika, saged kemawon basa Jawi kabedhol oyotipun saking tlatah Jawi menawi mboten dipunjagi kanthi estu lan turun temurun. Langkung saenipun bilih kula panjenengan sedaya nyumurupi warisan para leluhur arupi budaya Jawi menika saderengipun dipuncepeng kaliyan nagara manca.
Kaping kalih
Perkawis piwucalan Basa Jawi wonten ing sekolah kedah dipunjejegaken. Piwucalan basa Jawi wonten sekolah menika taksih adhedhasar seratan katimbang lisan. Kejawi saking menika lumampahing piwucalan taksih kapetang kuno lan kirang ngremenaken. Kamangka kathah cara kagem nuwuhaken karenan tumrap basa Jawi mawi adhedhasar lisan kadosta, tembang dolanan ingkang sarat kabudayan.
Kaping tiga
Kulawarga kedah dados papan utama kangge nepangaken sarta ngangge basa Jawi sadinten-dinten. Samenika kedah dipunwontenaken salebeting kulawarga minangka basa padintenan.
Kaping sekawan
Sesrawungan ngangge basa Jawi kedah dipunusumaken. Sesrawungan mboten namung kaliyan tiang sepuh kemawon, ananging kedah ugi dipunusumaken tumrap tiang ingkang langkung sepuh, lelawan wawan rembag, lan kanca-kanca.
Kaping pungkasan
Sinten ingkang taksih sinau ngangge basa Jawi kedah dipunbombong. Kathah tiang wonten salebeting bebrayan ingkang taksih gladhen micara ngagem basa Jawi sinaosa taksih kirang trep. Samenika boten ateges namung saged dados gojegan utawi dipuncacat. Ingkang wigatos sami dipunmangertosi ingkang leres. Amargi sampun kersa nyinaoni basa Jawi.
Kanthi pinten-pinten cara ingkang sampun kula babar wonten ing nginggil menika, sageda basa Jawi mboten bakal sirna. Kepara saged minggah kawentaripun. Mugi Gusti Ingkang Maha Pinasih ngijabahi.
Jenang sela wader kalen sesondheran, apuranta menawi wonten lepat kula, Nuwun
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.




 Tuladha (3)
Nglestantunaken Basa Jawi

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirrobbil ‘alamin washolaatu wassalamualaiala asyrofil ambiyaa’i wal mursaliina wa ala alihi wa askhabihi ajma’in amma ba’du.
Dhumateng para rawuh ingkang pantes anampi pakurmatan.
Dewan juri ingkang minulya, sumrambah para kadang, kanca-kanca ingkang kula tresnani.
Kanthi andhap asor keparengna kula ngadeg wonten ngarsa panjenengan, awit kula kadawuhan matur babagan ‘Sanguning Sasorah’, mboten ketang sekedhik ndherek nglestantunaken Basa Jawi.
Ananging langkung rumiyin, sumangga kula dherekke ngaturaken puja puji syukur datheng Gusti ingkang Maha Agung Allah SWT, ingkang sampun paring mapinten-pinten kanikmatan dumateng kula lan panjenengan, anenggih rahmat, barokah, hidayah saha inayah, dumugi wekdal punika taksih pinarungan wilujeng.
Salawat saha salam katur dhumugi junjungan kula lan penjenengan Nabi Agung Muhammad SAW, ingkang katengga-tengga syafaatipun mbenjang wonten yaumul qiyamah.
Para pamirsa ingkang kanurmatan keparengna kula ngaturaken ‘Sangu-sangunipun gladhen sasorah’. Miturut dawuh pangandikan utawi wewarah saking Bapa Guru dumateng kula inggih mekaten:
Ingkang sepisan;
Patrap utawi sikep, kedah trengginas, tanggap, mantep, luwes sarta wibawa, sanipun ngaritos ajrih, ingah ingih, glenyengan.
Angka kalih:
Bab busana lan ngadisarira, tegesipun sandhangan ingkang dipun agem sarta pangangenipun utawi anggenipun dandan kedah dipun slarasaken kaliyan kawontenan mboten neka-neka, trep utawi pas kaliyan swasana.
Ingkang angka tiga:
Babagan basa, minangka pirantos kangge nglairaken gagasan, saenipun ngginanaken basa ingkang dipun ginakaken saben dinten, sampun ngantos ngginakaken basa ingkang mboten dipun mangertosi ingkang mirangaken, saged-saged malah mboten sambung.
Dene ingkang angka sekawan:
Gladhen utawi latihan inggih namung gladhen inggih namung gladhen utawi latihan kanthi temen tumemen utawi sregep wonten ing saben-saben papan lan wekdal, dangu-dangu kulina sesorah, kepara dados mumpuni, langkung sae wonten ingkang nggladhi utawi mbimbing, wah mesthi langkung sampurna.
Para lenggah ingkang minulya, mekaten sekedhik ingkang saged kula aturaken, mugi wonten manfaatipun, sarta kula ajak-ajak dhateng kanca-kanca supados purun gladhen sasorah, amargi ageng gunanipun wonten ing bebrayan agung utawi masyarakat.
Salajengipun sedaya lepat saha kasaring atur kula nyuwun pangaksama.
Akhirul kalam, wabilahit tofiq wal hidayah. Nuwun.
wassalamualaikum wr.wb.
No Comment

Jlentrehe Tembang Macapat




Maskumambang
Maskumambang iku tembang macapat kang dadi pralambang jaman wong lanang lagi mrambat dewasa, ing mangsa nalika seka bocah nuju dadi manungsa kang katon ing tengahing bebrayan. Tembung maskumambang iku sesambungan antarane emas lankumambang. Ana kang nganggep yen Maskumambang iku tembange wong lanang, dene yen wadon iku Kinanthi. Watak tembang iki, umume isine kaya wong kang lagi sambat lara, ketula-tula, lan sengsara.
Tuladha
Gereng-gereng Gathotkaca sru anangis
Sambaté mlas arsa
Luhnya marawayan mili
Gung tinamêng astanira
Mijil
Mijil iku artine lair utawa metu. Ing jajaran tembang Macapat, Mijil umume diselehke ing ngarep. Saben pada, tembang iki ana enem gatra (larik), kanthi guru wilangan lan guru lagu :
Tuladha
Mijil ing donya siniwi ratri
Kabeh durung katon
Amung anjali soca ing tembé
Lelaku alon siniji-siji
Nunggu mring wartaning
Sesotya satuhu
Sinom
Yen dijupuk arti wantah, sinom maknane godhong asem sing isih enom. Ing Macapat, sinom nduwe sipat kang isih enom. Kaya dene bocah cilik kang lagi ngerti ndonya.
Tuladha
§ Tuladha 1
Ing pojok wetan sang surya
Nyungging sinom dadi peni
Kagubet embun rumeksa
Dening Hyang Murbeng Dumadi
Raga jiniret ati
Seka perbawaning esuk
Manuksma suluk angga
Kang wang-sinawang mranani
Tibane prana sarwa sulih prasaja
§ Tuladha 2
Amenangi jaman édan
Éwuh aya ing pambudi
Milu édan nora tahan
Yèn tan milu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjané kang lali
Luwih begja kang éling lawan waspada
Kinanthi
Kinanthi iku salah sijine tembang macapat kang umume dienggo nggambarake rasa seneng, katresnan, lan kawicaksanan. Kinanthi bisa nduwe arti gegandhengan tangan lan bisa ugajeneng sawijining kembang. Ana uga kang nggandhengake kinanthi klawan Maskumambang. Yen maskumambang kanggo wong lanang kang lagi dewasa, kinanthi kanggo wanita.
Tuladha 1
Anoman mlumpat sampun
praptêng witing nagasari
mulat mangandhap katingal
wanodyâju kuru aking
gelung rusak awor kisma
ingkang iga-iga kêksi
(Saka Serat Rama Kawi déning Kyai Yasadipura)
Tuladha liya
Pitik tulak pitik tukung
Tetulake Jabang bayi
Ngedohaken cacing racak
Sarap sawane sumingkir
Si tulak manggung ing ngarso
Si Tukung ngadhangi margi
Asmaradana
Asmaradana utawa Asmarandana iku sawijining jinis tembang macapat. Tembang Asmarandana umume kanggo wong sing lagi gandrung kapirangu. Yen dideleng wantah, Asmarandana dijupuk seka asmara kang artine tresna, lan dahana kang artine geni. Mula saka kuwi, Asmarandana isine wuyung lan samubarang kang magepokan karo tresna.
Tuladha
Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitané
Luput pisan kena pisan
Lamun gampang luwih gampang
Lamun angèl, angèl kalangkung
Tan kena tinumbas arta
Aja turu soré kaki
Ana Déwa nganglang jagad
Nyangking bokor kencanané
Isine donga tetulak
Sandhang kelawan pangan
Yaiku bagéyanipun
wong welek sabar narima

Gambuh

Gambuh iku sajinising sekar madya.

tuladha:
Sekar gambuh ping catur
Kang cinatur
Polah kang kalantur
Tanpo tutur katulo-tulo katali
Kadaluwarso katutur
Katutuh pan dadi awon
Tembang Gambuh mbok menawa pancèn kebak ing pitutur. Pitutur kang nggiring manungsasupaya éling marang tumindak-tumindaké. Manungsa dielingaké yènta kabèh tingkah polah manungsa iku ana akibaté. Adigang, adigung, adiguna, bakal nyilakaké urip manungsa sing duwé patrap kaya mangkono iku
Dhandhanggula
Dhandhanggula iku salah sijine tembang macapat kang isine 'pengarepan utawa pengajap kang becik. Dhandhang iku pengarep-arep. Mula saka kuwi, tembang kang nganggo metrum Dhandhanggula uga nduwe isi kang legi kaya dene gula. Akeh pitutur kuna kang nganggo jenis iki.
Ana uga kang nyoba othak-athik gathuk karo sawijining raja ing jaman Kadiri, Dhandhanggendhis. Seka othak-athik iki banjur kinira yen tembang iki digawe nalika jaman Kadhiri. Gendhis uga nduwe arti gula.
Tuladha
Yogyanira kang para prajurit,
lamun bisa sira anuladha,
duk ing uni caritane,
andelira sang prabu,
Sasrabahu ing Maespati,
aran patih Suwanda,
lelabuhanipun,
kang ginelung tri prakara,
guna kaya purun ingkang den antepi,
nuhoni trah utama
Durma
Durma iku salah sijine tembang macapat kang nduwe watak galak. Ana kalane uga Durma ngemu kahanan kang serem lan marai wedi. Durma klebu tembang kang wingit.
Tuladha
Kae manungsa golek upa angkara
Sesingidan mawuni
ngGawa bandha donya
mBuwang rasa agama
Nyingkiri sesanti ati
Tan wedi dosa
Tan eling bakal mati
Pangkur
Pangkur iku salah sijine tembang macapat kang nduwe watak munggah ndhuwur. Upama piwulang, iku piwulang kang dhuwur. Upama tresna, iku tresna kang pinunjul. Seka tetembangan iki banjur akeh maneka warna tembang lan gegendhingan kang nganggo jeneng pangkur, antara liya: pangkur jenggleng, pangkur palaran, pangkur lombok, lan liya-liyane.
Pranata Praja Jawa Kuna
Ing naskah-naskah kuna sing nganggo basa Kawi, pangkur iku salah sijine pranata paja ing jaman Jawa Kuna. Pangkur, tawan, lan tirip iku kalebu mangilala drawya haji kang ora entuk mlebu ing tlatah kang dadi sima. Dinuga dening para arkeolog, yen mangilala drawya haji iku pranata praja kang tinugasan ngurusi pajek.
Istilah “Pangkur” uga tinemu ing bab-bab kang ora megepokan karo tembang,Tuladhane:
Desa ing Tumapel
Yen dideleng ing crita Ken Arok utawa Ken Angrok, ana desa kang dadi asale Ken Endok, yaiku desa Pangkur. Ing desa iki Ken Arok nglakoni jaman cilike.
Tumpeng
Ana salah sijine tumpeng kang sinebut Tumpeng Pangkur. Tumpeng iki digawe yen ana jaka (wong lanang durung nikah) mati. Tumpeng kuwi banjur digawa menyang kuburan.
Tuladha
Sekar Pangkur kang winarna
lelabuhan kang kanggo wong aurip
ala lan becik puniku
prayoga kawruhana
adat waton puniku dipun kadulu
miwa ingkang tatakrama
den keesthi siyang ratri
Megatruh
Megatruh utawa Dudukwuluh iku kalebu tembang sekar madya. Wateké prihatin lan getun pungun-pungun (Indonesia "rasa sakit hati karena rindu") .
Tuladha
Tuladha iki dijupuk saka Babad Tanah Jawi anggitan Ki Yasadipura.
sigra milir kang gèthèk sinangga bajul
kawan dasa kang njagèni
ing ngarsa miwah ing pungkur
tanapi ing kanan kéring
kang gèthèk lampahnya alon
Sumber
Johannes Jacobus Ras1982Inleiding tot het modern Javaans. ’s-Gravenhage: Nijhoff. ISBN 90-247-6167-x, (Kaca 314-315).
Pucung
Pucung (ana kalane tinulis pocung) iku tembang macapat kang ngelingke marang pepati. Pucung cedhak karo tembung pocong. Kaya pralambang mori kanggo mbungkus layon, pucung dienggo tembang kang bisa ngelingake marang manungsa yen urip ing ndonya ana pungkasane.
Ananging Pucung uga nduwe watak liya. Pucung iku jenenge wiji woh-wohan. Wanda cung uga marai gawe rasa seger kang ngelingake marang perkara kang lucu kaya dene isih jaman dikuncung. Tembang iki asring dienggo tembang-tembang kang uga lucu, kayata parikan utawa bedhekan.
Tuladha
Ngelmu iku kelakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
setya budya pangekesing dur angkara
Jurudemung
Jurudemung iku kalebu tembang sekar madya. Wateké prenèsan lan biyasané dienggo tembang wangsalan utawa sing rada érotis.
Tuladha iki dijupuk saka Serat Pranacitra
ni ajeng mring gandhok wétan
wus panggih lan Rara Mendut
alon wijilé kang wuwus
hèh Mendut pamintanira
adhedhasar adol bungkus
wus katur sarta kalilan
déning jeng kyai Tumenggung.



Sumber
Johannes Jacobus Ras1982Inleiding tot het modern Javaans. ’s-Gravenhage: Nijhoff. ISBN 90-247-6167-x, (Kaca 313).
Diberdayakan oleh Blogger.